Erpan Kamu Dimana? Maafin Mamah
Erpan Kamu Dimana? Maafin Mamah
Halo halo sahabat senja kembali lagi di cerita inspiratif, oh iya cerita ini hanyalah khayalan saja bilamana ada yang sama saya mohon maaf karena ini faktor kebetulan semata.
Cerita berawal dari 15 tahun yang lalu, di tahun itu aku melahirkan seseorang anak pria, mukanya cukup tampan tetapi nampak agak ceroboh. Sam, suamiku, memberinya nama Erpan.
Waktu terus bergulir semakin terlihat jelas kalau anak ini memanglah agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang lain saja buat dijadikan budak ataupun pelayan. Tetapi Sam menghindari keinginan kurang baik itu. Kesimpulannya terpaksa aku membesarkannya pula. Di tahun kedua sehabis Erpan dilahirkan aku juga melahirkan kembali seseorang anak wanita yang menawan mungil. Aku menamainya Sarah. Aku sangat mencintai Sarah, demikian pula Sam. Kerapkali kami mengajaknya berangkat ke taman hiburan serta membelikannya baju kanak- kanak yang indah- indah. Tetapi tidak demikian halnya dengan Erpan. Dia cuma mempunyai sebagian stel baju sangat butut. Sam berniat membelikannya, tetapi aku senantiasa melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam senantiasa menuruti perkataan aku.
Dikala umur Sarah 2 tahun Sam wafat dikarenakan sakit pada jantung ya tepatnya serangan jantung. Erpan telah berusia 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi miskin dengan hutang yang tidak terbayar menjadi menumpuk. Kesimpulannya aku mengambil aksi yang hendak membuat aku menyesal seumur hidup. Aku berangkat meninggalkan kampung kelahiran aku beserta Sarah. Erpan yang lagi tertidur lelap aku tinggalkan begitu saja. Setelah itu aku tinggal di suatu gubuk sehabis rumah kami laku terjual buat membayar hutang. Setahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun.. sudah berlalu semenjak peristiwa itu.
Aku sudah menikah kembali dengan Joko, seseorang laki- laki berusia lebih matang dari aku. Umur Perkawinan kami sudah tiba tahun kelima. Berkat Joko, sifat- sifat kurang baik aku yang semula pemarah, egois, serta besar hati, berganti sedikit demi sedikit jadi lebih tabah serta penyayang. Sarah sudah berusia 12 tahun serta kami menyekolahkan ia di asrama gadis sekolah perawatan. Tidak terdapat lagi yang ingat tentang Erpan serta tidak terdapat lagi yang membuat aku mengingatnya.
Hingga sesuatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seseorang anak. Mukanya agak tampan tetapi nampak pucat sekali. Dia memandang ke arah aku. Sembari tersenyum dia mengatakan,“ Tante, Tante tahu mama aku? Aku lindu cekali pada Mommy!” Sehabis mengatakan demikian dia mulai beranjak berangkat, tetapi aku menahannya,“ Tunggu…, kayaknya aku mengenalmu.
Siapa namamu anak manis?”
“ Nama aku Elpan, Tante.”
“ Erpan? Erpan… Ya Tuhan! Kau betul- betul Erpan?”
Aku langsung tersentak serta bangun. Rasa bersalah, sesal serta bermacam-macam perasaan aneh yang lain menerpa diriku secara bersamaan. Seketika terlintas kembali cerita ironis yang terjalin dahulu semacam suatu film yang diputar ulang dikepalaku. Baru saat ini aku menyadari betapa jahatnya perbuatan aku dahulu. Rasanya semacam ingin mati saja dikala itu. Ya, aku wajib mati…, mati…, mati… Kala tinggal seinchi jarak pisau yang hendak aku goreskan ke pergelangan tangan, seketika bayangan Erpan melintas kembali di benak aku. Ya Erpan, Mommy hendak menjemputmu Erpan…
Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping suatu gubuk, serta Joko yang terheran memandangiku dari samping.
“ Mary, apa yang sesungguhnya terjalin?”
“ Oh, Joko, kau tentu hendak membenciku sehabis aku menggambarkan perihal yang telah aku lakukan dahulu.” saya menceritakannya pula dengan terisak- isak...
Nyatanya Tuhan sangat baik kepadaku. Dia sudah memberikan suami yang begitu baik serta penuh penegrtian. Sehabis tangisanku reda, aku keluar dari mobil diiringi oleh Joko. Mataku memandang lekat pada gubuk yang terbentang 2 m dari hadapan aku. Aku mulai teringat betapa gubuk itu sempat aku tinggali beberapa bulan lamanya serta Erpan.. Erpan… Aku meninggalkan Erpan di situ 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan pilu aku berlari mendatangi gubuk tersebut serta membuka pintu yang dibuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak nampak suatu apa juga! Lama- lama mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Tetapi aku tidak melihat siapapun juga di dalamnya. Cuma terdapat sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah.
Aku mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca- kaca, aku mengidentifikasi potongan kain tersebut selaku sisa pakaian butut yang dahulu dikenakan Erpan setiap harinya... Sebagian dikala setelah itu, dengan perasaan yang susah dilukiskan, aku juga keluar dari ruangan itu… Air mataku mengalir dengan deras. Dikala itu aku cuma diam saja. Sesaat setelah itu aku serta Joko mulai menaiki mobil buat meninggalkan tempat tersebut. Tetapi, aku memandang seorang di balik mobil kami. Aku kaget karena atmosfer dikala itu sangat gelap sekali. Setelah itu terlihatlah wajah seseorang yang tidak asing bagiku. Nyatanya dia seseorang perempuan tua. Kembali aku tersentak kaget manakala dia seketika menegur aku dengan suaranya yang parau.
“ Heii…! Siapa kalian?! kenapa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, aku juga bertanya,“ Bunda, apa bunda tahu dengan seseorang anak bernama Erpan yang dahulu tinggal di mari?” Dia menanggapi,“ Jika kalian ibunya, kalian sangat wanita terkutuk! Mengerti kah kalian, 10 tahun yang kemudian semenjak kalian meninggalkannya di mari, Erpan terus menunggu ibunya serta memanggil,‘ Mommy…, mommy!’ Sebab tidak tega, aku terkadang memberinya makan serta mengajaknya tinggal Bersamaku. Meski aku orang miskin serta bekerja sebagai pemulung sampah, tetapi aku tidak tega meninggalkan anak seperti itu! 3 bulan yang kemudian Erpan meninggalkan secarik kertas ini. Dia belajar menulis tiap hari sepanjang bertahun- tahun cuma buat menulis ini untukmu…”
Aku juga membaca tulisan di kertas itu…
“ Mommy, kenapa Mommy tidak pernah kembali lagi…?
Mommy marah sama Erpan, ya? Mom, biarlah Erpan yang berangkat saja, tetapi Mommy wajib berjanji jika Mommy tidak hendak marah lagi sama Erpan. Bye, Mom…”
Aku menjerit histeris membaca pesan itu.
“ Bu, tolong katakan… katakan di mana dia saat ini? Aku berjanji akan meyayanginya! Aku tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!
Joko memeluk badan aku yang bergetar keras.
“ Nyonya, semuanya telah terlambat. Satu hari sesaat sebelum nyonya tiba, Erpan sudah meninngal dunia. Dia wafat di balik gubuk ini. Badannya sangat kurus, dia sangat lemah. Cuma demi menunggumu dia rela bertahan di balik gubuk ini tanpa dia berani masuk ke dalamnya. Dia khawatir apabila Mommy- nya tiba, Mommy- nya hendak berangkat lagi apabila melihatnya ada di dalam situ… Dia cuma berharap bisa memandang Mommy- nya dari balik gubuk ini… Walaupun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah dia terus bersikeras menunggu Nyonya di situ. Nyonya, dosa kamu tidak terampuni! Aku setelah itu pingsan serta tidak ingat apa- apa lagi.
Pesan dari cerita ini adalah memang penyesalan selalu datang terlambat, jagalah apa yang bisa kita jaga karena jika Tuhan sudah mengambil haknya,kita bisa apa?, anak hanya titipan yang Tuhan percayakan kepada kita untuk kita rawat, jaga dan berikan yang terbaik untuk anak-anak kita.
Terimakasih sahabat senja, sampai jumpa di cerita selanjutnya yah.
#baitsenja #ceritainspiratif
