(Cerita Inspiratif) Kisah Tiga Karung Beras

 Kisah Tiga Karung Beras




Cerita tentang tiga karung beras


Hai hai sahabat senja apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat selalu yah, kali ini kita akan membahas cerita inspiratif tentang tiga karung beras, cekidot.

Ini merupakan makanan yang tidak dapat dibeli oleh uang, ini kisah nyata yang terjadi pada suatu keluarga yang bisa dikatakan miskin, yang memiliki anak laki-laki yang bernama Gotika. Ayahnya telah wafat, jadi dia hanya tinggal dengan mamanya yang setiap hari saling menguatkan.

Mamanya bersusah payah membesarkan Gotika, Disaat itu kampung meraka belum teraliri listrik karena tempatnya yang cukup terpencil dari pusat kota. Gotika setiap sore hingga malam hanya diterangi cahaya dari lampu minyak, sebaliknya ibunya dengan penuh kasih sayang sedang menjahit pakaian anaknya karena terdapat banyak lubang.

Disaat musim kemarau, si anak masuk sekolah menengah pertama atau SMA, Tapi disaat Gotika memerlukan biaya untuk masuk sekolah, disaat yang sama mamanya yang mengidap penyakit rematik keadaannya semakin parah mengakibatkan tidak bisa lagi bekerja di sawah.

Pada saat itu setiap murid harus membawa 30 KG beras untuk dibawa ke kantin sekolah, Gotika sangat paham kalau mamanya tidak dapat memberikan 30 KG beras untuk dibawa ke sekolah, setelah itu ia mengatakan kepada mamanya bahwa Gotika ingin berhenti sekolah dan membantu mamanya bekerja disawah. Mamanya mengelus kepala Gotika dan berkata “Kamu mempunya niat seperti itu untuk membantu mama, mama sangat senang, tapi sekolah itu wajib, jangan takut,jika mama melahirkan kamu tentu dapat juga menjaga dan melindungi kamu, cepat berangkat ke sekolah, nanti berasnya mama antarkan kesana”, kata ibunya.

Tetapi setelah mamanya selesai berbicara, Gotika tidak kunjung berangkat dan bersikeras tidak mau sekolah, seketika ia ditampar oleh mamanya, dan itu adalah pukulan pertama yang ia terima selama ia bersama mamanya, setelah kejadian itu mama merenung dalam hati sambil membayangkan anaknya ketika ia tampar.

Tidak beraa lama dengan langkah terpincang-pincang serta nafas yang tergesa-gesa mamanya tiba di kantin sekolah serta menurunkan sekarung beras dari bahunya, setelah itu penjaga membuka karung tersebut dan menimbang beras yang di bawa mamanya dan mengambil segenggam beras sambil berkata “kami minta beras, bukan beras yang bercampur gabah” dengan nada marah. Mama sembari menahan malu sambil berkali-kali meminta maaf kepada penjaga sekolah tersebut.

Dibulan selanjutnya mama memikul beras lagi ke kantin dan penjaga menimbang serta mengambil segenggam beras untuk dilihat dan ternyata masih beras yang sama yaitu bercampur dengan gabah, Si penjaga itu berkata “Tidak perduli jenis beras apapun yang kamu bawa pasti kami terima hanya saja harus dipisah jenisnya jangan dicampur beras dan gabah karena tidak akan bisa dimasak, kalau bulan depan begini lagi aku tidak akan menerimanya”. Mamanya berkata kepada petugas “Pak beras dirumah kami semuanya seperti ini”, si petugas itu tidak memperdulikan mamanya dan pergi.

Sampailah di bulan ketiga, mama kembali memikul beras dibawanya ke kantin untuk di timbang dan dicek, Si petugas datang dan melihat masih saja berasnya bercampur, seketika si petugas marah dan menyuruh mama membawa kembali berasnya, Mama berlari sambil menangis menerangkan kepada petugas bahwa beras tersebut dia dapat dari hasil mengemis , dia tidak bisa kesawah lagi karena mempunya penyakit rematik, terlebih buat bertani, anakku sangat paham kondisiku saat ini dan dia berniat untuk tidak bersekolah demi menggantikan aku bekerja, mendengar penjelasan mama si petugas tidak bisa berkata apa-apa

Selama ini mama tidak memberitahu saudaranya karena khawatir melukai harga diri anaknya, setiap pagi buta mama pergi dengan karung kosong dengan bantuan tongkat pergi ke desa sebelah untuk mengemis beras ke setiap rumah, hingga hari gelap mama kembali ke rumah, itu dilakukannya setiap hari sampai berasnya terkumpul untuk diserahkan ke sekolah.

Disaat mama bercerita secara tidak sadar air mata penjaga itu mulai mengalir dan memeluk mama sambil berkata “Bu, saya akan melaporkan kepada kepala sekolah agar ibu mendapat sumbangan” tapi mama menolak karena khawatir anaknya tahu kalau dia setiap hari mengemis untuk mendapatkan beras agar anaknya bisa bersekolah, mama sangat terharu dengan kebaikan si penjaga namun mama memohon untuk merahasiakan semuanya jangan sampai anaknya tahu.

Lambat laun kepala sekolah mengetahui permasalahan ini dan secara diam-diam kepala sekolah melepaskan biaya sekolah selama tiga tahun, setelah tiga tahun Gotika lulus dengan nilai yang bisa dibilang standar.

Di hari perpisahan sekolah, sang kepala sekolah mengundang Mamanya dan duduk di tempat duduk utama, Mamanya merasa sangat heran kenapa dia duduk di tempat duduk utama padahal banyak siswa lain yang mendapat nilai lebih besar dari anaknya, mama bertambah heran karena melihat 3 karung beras yang sangat tidak asing baginya. Tiba tiba kepala sekolah mengundang mama ke atas panggung sambil berkata “inilah ibu yang sering saya ceritakan”,Gotika ragu-ragu memandang kebelakang dan merekapun saling bertatapan kemudian mereka berdua berpelukan sambil menangis karena terharu.


Kesimpulannya “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang zaman dan sejauh kenangan”. Inilah kisah seorang mama yang terus memberi kasih sayang tanpa mengharapkan kembali dari anaknya. Hati mulia seorang Ibu demi menghidupi anaknya tak kenal letih dan lesu sang ibu terus bekerja walaupun dengan mengemi dengan harapan sang anak lulus dan memperoleh kebahagiaan dan sukses pada waktunya”. Mulai saat ini katakanlah kepada mama diamanapun mama berada “Terimakasih mama, aku mencintaimu mama selamanya”.


Sekian ceritanya, semoga menginspirasi sahabat senja yah, sampai jumpa di cerita selanjutnya, terimakasih buat yang sudah mampir.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url