Bunda Suka Berbohong
Bunda Suka Berbohong!
Cerita tentang Bunda yang suka berbohong!
Selamat malam sahabat senja kali ini kita ada cerita tentang seorang bunda yang suka berbohong kepada anaknya, padahal seharusnya seorang bunda mengajarkan anaknya agar tidak berbohong, tapi dia sendiri suka berbohong, aduh bagaimana yah? Disimak saja yah ceritanya sampai selesai.
Dalam kehidupan kita setiap hari, kita yakin kalau kebohongan hendak membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, namun cerita ini malah kebalikannya. Dengan terdapatnya kebohongan ini, arti sebetulnya dari kebohongan ini malah bisa membuka mata kita serta terbebas dari penderitaan, ibarat suatu tenaga yang sanggup mendesak mekarnya sekuntum bunga yang sangat indah di dunia.
1.KEBOHONGAN Bunda YANG PERTAMA
Cerita bermula kala saya masih kecil, saya terlahir sebagai seseorang anak laki-laki di suatu keluarga yang tidak terlalu kaya atau bisa disebut miskin. Apalagi buat makan saja, kerapkali kekurangan. Disaat jam makan, bunda kerap membagikan jatah nasinya untukku. Sembari memindahkan nasi ke mangkukku, bunda mengatakan:“ Makanlah nak, Bunda tidak lapar”, tanpa berfikir panjang seketika saya langsung melahap nasi yang dikasih Bunda karena saya belum kenyang, Bunda pun tersenyum melihat kelakuan saya.
2.KEBOHONGAN Bunda YANG KEDUA
Kala aku mulai di masa pertumbuhan, bunda yang gigih kerap mengosongkan waktu senggangnya untuk berangkat memancing di kolam dekat rumah, bunda berharap mendapatkan ikan dari hasil pancingan, dia dapat membagikan sedikit santapan bergizi buat petumbuhanku. Sepulang memancing, bunda memasak sup ikan yang segar serta mengundang selera. Sewaktu saya memakan sup ikan itu, bunda duduk di sampingku serta memakan sisa daging ikan yang masih melekat di tulang yang ialah sisa sisa tulang ikan yang saya makan. Saya memandang bunda semacam itu, hati pula tersentuh, kemudian memakai sumpitku serta memberikannya kepada Bunda. Namun bunda dengan kilat menolaknya, dia mengatakan:“ Makanlah nak, saya tidak suka makan ikan”
3. KEBOHONGAN Bunda YANG KETIGA
Saat ini saya telah masuk SMP, demi membiayai sekolah aku dan kakakku, bunda berangkat ke koperasi membawa anyaman tikar yang dia anyam ketika semua pekerjaan telah selesai, terkadang bunda menganyam ketika aku dan kakakku terlelap, setiap selesai menganyam Bunda menjual anyaman itu ke koprasi untuk menutupi kebutuhan hidup. Disaat musim hujan yang dingin, disaat atap rumah yang bocor dimana-mana karena rumah kami tidak layak untuk ditinggali karena atapnya ketika hujan datang akan menjadi bocor, saat itu tengah malam saya terbangun dan melihat Bunda sedang menganyam, dan saya bertanya “Bunda kenapa belum tidur? Apa Bunda tidak dingin?” Bunda menjawab “Bunda tidak dingin nak, ayo kamu lanjutkan tidurnya besok kan sekolah, bunda sedang menganyam menunggu ngantuk”, sayapun langsung tidur lagi tanpa berfikir apapun.
4. KEBOHONGAN Bunda YANG KEEMPAT
Disaat tes datang, bunda memohon cuti kerja biar bisa menemaniku berangkat tes. Kala hari telah siang, terik matahari mulai menyinari, bunda yang tegar serta gigih menunggu saya di dasar terik matahari sepanjang siang. Kala bunyi lonceng berbunyi menunjukkan tes telah berakhir, Bunda segera menyambutku serta menuangkan teh yang telah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak bisa dibanding dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Memandang bunda yang dibanjiri peluh, saya lekas membagikan gelasku buat bunda sembari menyuruhnya minum. Bunda mengatakan:“ Minumlah nak, saya tidak haus!”, padahal saya tahu Bunda belum minum karena itu teh disiapkan Bunda dari pagi sembari mengantar aku kesekolah.
5.KEBOHONGAN Bunda YANG KELIMA
Sehabis kepergian ayah, ayah meninggal karena sakit tapi saya tidak tahu bapa sakit apa karena bunda tidak pernah memberi tahu penyakit yang diderita bapa, bunda yang malang setelah Bapa meninggal dia harus menjadi Bunda sekaligus menjadi Bapa. Dengan berpegang pada pekerjaan ia yang dahulu, ia wajib membiayai kebutuhan hidup keluarga. Sepeninggal ayah perkeonomian keluarga kita juga terus terpuruk. Tiada hari tanpa penderitaan. Memandang keadaan keluarga yang terus menjadi parah, terdapat seseorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku juga menolong bunda baik permasalahan besar ataupun permasalahan kecil. Orang sebelah yang terdapat di sebelah rumah memandang kehidupan kita yang begitu sengsara, kerapkali menasehati bunda buat menikah lagi. Namun bunda yang memanglah keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, bunda mengatakan:“ Aku tidak perlu cinta, Aku hanya perlu mengurus anak-anakku agar menjadi orang yang berhasil” itu kata Bunda.
6.KEBOHONGAN Bunda YANG KEENAM
Setelah saya dan abangku seluruhnya telah tamat dari sekolah dan kamipun bekerja, bunda yang telah tua dan waktunya pensiun. Namun bunda tidak ingin, dia rela buat berangkat ke pasar tiap pagi buat jualan sedikit sayur buat penuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku yang bekerja di luar kota kerap mengirimkan sedikit duit buat menolong penuhi kebutuhan bunda, namun bunda bersikukuh tidak ingin menerima duit tersebut. Malahan mengirim balik duit tersebut. Bunda mengatakan:“ Aku memiliki pekerjaan dan tidak butuh uang kalian”
7.KEBOHONGAN Bunda YANG KETUJUH
Sehabis lulus dari S1, saya juga melanjutkan riset ke S2 serta setelah itu mendapatkan gelar master di suatu universitas ternama di Inggris berkat suatu beasiswa di suatu industri. Kesimpulannya saya juga bekerja di industri itu. Dengan pendapatan yang cukup besar, saya bermaksud bawa bunda buat menikmati hidup di Inggris. Namun bunda yang baik hati, bermaksud tidak ingin merepotkan anaknya, dia mengatakan kepadaku“ Saya tidak terbiasa, saya memilih disini di kampung halaman”
8.KEBOHONGAN Bunda YANG KEDELAPAN
Sehabis merambah umurnya yang semakin tua, bunda terserang penyakit kanker otak, wajib dirawat di rumah sakit, saya yang berada jauh di seberang samudra langsung bergegas kembali untuk menjenguk bundanda tercinta. Saya memandang bunda yang terbaring lemah di ranjangnya sehabis menempuh operasi. Bunda yang keliatan sangat tua, memandang saya dengan penuh kerinduan. Meski senyum yang tersebar di mukanya terkesan agak kaku sebab sakit yang ditahannya. Nampak dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi badan bunda sehingga bunda nampak lemah serta kurus kering. Saya sembari memandang bunda sembari berlinang air mata. Hatiku sangat sakit melihatnya, sakit sekali memandang bunda dalam keadaan semacam ini. Namun bunda dengan tegarnya mengatakan:“ Jangan menangis anakku, saya tidak kesakitan” Sehabis mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, bunda tercinta menutup matanya buat yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, aku yakin kita seluruh tentu merasa tersentuh serta ingin sekali mengucapkan:” Terima kasih bunda!” Coba dipikir- pikir, telah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah bunda kita? Telah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita buat berbincang dengan ayah bunda kita? Di tengah- tengah kegiatan kita yang padat ini, kita senantiasa memiliki beribu-ribu alibi buat meninggalkan ayah bunda kita yang kesepian. Kita senantiasa kurang ingat kepada ayah serta bunda yang terdapat di rumah Bila dibanding dengan pacar kita, kita tentu lebih sering dengan pacar kita. Buktinya, kita senantiasa takut jika ditinggalkan pacar kita, takut apakah ia sudah makan ataupun belum, takut apakah ia senang apabila di samping kita. Tetapi, apakah kita pernah mencemaskan berita dari ortu kita? Takut apakah ortu kita telah makan ataupun belum? Takut apakah ortu kita sedang senang ataupun sedih? Apakah ini benar? Jika ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih memiliki peluang untuk membuat mereka tersenyum dan bangga, lakukanlah yang terbaik. Jangan hingga terdapat kata“ MENYESAL” di setelah itu hari. Serta Mudah- mudahan bisa menjadikan nasehat serta berguna buat kita seluruh. Amin.
Terimakasih buat yang sudah mampir disini, ditunggu cerita selanjutnya yah sahabat senja.